Kota
Palembang memiliki banyak tempat wisata yang bersejarah dan mengandung legenda,
salah satunya adalah Pulau Kemaro. Mengapa disebut Pulau Kemaro ? Kemaro adalah
Kemarau, menurut ceritanya walaupun pulau ini berada di tengah-tengah perairan
sungai Musi namun di pulau tersebut tetap saja kering dan air dari sungai Musi
tidak naik sampai ke daratan bahkan pada musim hujan sekalipun.
Pulau
Kemaro berada ditengah perairan sungai Musi Palembang, berjarak sekitar 6 km
dari Jembatan Ampera Palembang, untuk menuju ke pulau tersebut kita dapat
menggunakan kapal kecil atau speedboat yang banyak dijumpai dipinggir Sungai
Musi yang berada di kawasan Benteng Kuto Besak Palembang. Waktu tempuh dari
Benteng Kuto Besak ke pulau tersebut kurang lebih sekitar 30 menit s/d 45 menit
dengan biaya sekitar Rp.25.000 per orang.
Di
pulau tersebut akan banyak dijumpai klenteng dan kuil budha, setiap tahun baru
imlek biasanya di pulau tersebut selalu diadakan acara Cap Go Meh dengan para
pengunjung yang berasal dari dalam negeri maupun pengunjung dari negeri
tetangga. Di Pulau Kemaro terdapat bangunan yang menarik perhatian para
wisatawan yaitu Pagoda besar berlantai 9 yang berdiri menjulang tinggi di pulau
tersebut, biasanya banyak para wisatawan mengabadikannya dengan mengambil foto
didepan bangunan tersebut.
Seperti
legenda cerita cinta Romeo dan Juliet ataupun legenda cintanya hari Valentine,
Pulau Kemaro juga memiliki legenda dan cerita cinta abadi dari dua suku bangsa
yaitu seorang putri raja dari Kerajaan Palembang dengan seorang pangeran atau anak
saudagar kaya dari negeri Tionghoa.
Sang
putri bernama Fatimah dipinang oleh seorang pangeran bernama Tan Bun An,
setelah meminang sang putri, Pangeran Tan Bun An mengajak Putri Fatimah menemui
orangtuanya ke negeri Tionghoa, setelah beberapa waktu di negeri tersebut,
kedua pasangan tersebut pulang kembali ke Kerajaan Palembang dengan membawa
hadiah dari orang tua Tan Bun An yaitu berupa 7 (tujuh) buah guci, didalam
perjalanan ketika hampir sampai ke daratan Palembang, Tan Bun An penasaran
dengan isi dari ketujuh guci tersebut, saat membuka guci pertama Tan Bun An
kaget sekali ketika melihat isi guci hanyalah sayur-sayuran, karena merasa
kesal dan malu dibuangnya lah semua guci tersebut ke sungai, namun guci
terakhir terjatuh ke dek kapal dan pecah, begitu kaget nya Tan Bun An ketika
mengetahui ternyata dibawah sayur-sayuran tersebut terdapat koin-koin emas,
merasa menyesal tanpa berpikir panjang lagi Tan Bun An langsung terjun ke
sungai untuk mengambil guci-guci tersebut, namun sang pangeran tidak muncul
lagi dari dalam sungai, untuk menyelamatkan
sang pangeran, seorang pengawal langsung terjun ke sungai, namun kedua
orang tersebut tetap juga tidak muncul dari sungai, karena rasa cintanya kepada
Tan Bun An, putri Fatimah pun memutuskan ikut terjun ke sungai untuk menyelamatkan
Tan Bun An, namun tetap ketiga orang tersebut tidak muncul lagi ke permukaan. Konon
kabarnya setelah kejadian tersebut muncullah sebuah pulau kecil di tempat
ketiga orang tersebut tenggelam dan pulau tersebut dikenal sebagai Pulau
Kemaro.
Dipulau
tersebut sampai dengan saat ini tumbuh sebuah pohon, yang dikenal dengan Pohon
Cinta, konon bila sepasang kekasih mengukir nama mereka di pohon tersebut maka
cinta mereka akan abadi, hanya mautlah yang dapat memisahkan cinta tersebut. Cerita
ini adalah salah satu versi tentang legenda Pulau Kemaro, karena terdapat
banyak versi tentang Legenda Pulau tersebut di masyarakat Kota Palembang.
saya pernah mendengar cerita ini, tetapi lupa darimana cerita tersebut berasal.
BalasHapus@Migraine : iya sob, ini legenda tentang pulau Kemaro yang ada di Sungai Musi Palembang.
BalasHapus